Assalamu'alaikum

Selasa, 05 Mei 2009

Isyarat

Suatu malam di sebuah rumah, seorang anak usia tiga tahun sedang menyimak sebuah suara. "Ting...ting...ting! Ting...ting...ting!" Pikiran dan matanya menerawang ke isi rumah. Tapi, tak satu pun yang pas jadi jawaban.

"Itu suara pedagang bakso keliling, Nak!" suara sang ibu menangkap kebingungan anaknya. "Kenapa ia melakukan itu, Bu?" tanya sang anak polos. Sambil senyum, ibu itu menghampiri. "Itulah isyarat. Tukang bakso cuma ingin bilang, 'Aku ada di sekitar sini!" jawab si ibu lembut.

Beberapa jam setelah itu, anak kecil tadi lagi-lagi menyimak suara asing. Kali ini berbunyi beda. Persis seperti klakson kendaraan. "Teeet...teeet....teeet!"

Ia melongok lewat jendela. Sebuah gerobak dengan lampu petromak tampak didorong seseorang melewati jalan depan rumahnya. Lagi-lagi, anak kecil itu bingung. Apa maksud suara itu, padahal tak sesuatu pun yang menghalangi jalan. Kenapa mesti membunyikan klakson. Sember lagi!

"Anakku. Itu tukang sate ayam. Suara klakson itu isyarat. Ia pun cuma ingin mengatakan, 'Aku ada di dekatmu! Hampirilah!" ungkap sang ibu lagi-lagi menangkap kebingungan anaknya. "Kok ibu tahu?" kilah si anak lebih serius. Tangan sang ibu membelai lembut rambut anaknya.

"Nak, bukan cuma ibu yang tahu. Semua orang dewasa pun paham itu. Simak dan pahamilah. Kelak, kamu akan tahu isyarat-isyarat itu!" ucap si ibu penuh perhatian. **

Di antara kedewasaan melakoni hidup adalah kemampuan menangkap dan memahami isyarat, tanda, simbol, dan sejenisnya. Mungkin, itulah bahasa tingkat tinggi yang dianugerahi Allah buat makhluk yang bernama manusia.

Begitu efesien, begitu efektif. Tak perlu berteriak, tak perlu menerabas batas-batas etika; orang bisa paham maksud si pembicara. Cukup dengan berdehem 'ehm' misalnya, orang pun paham kalau di ruang yang tampak kosong itu masih ada yang tinggal.

Di pentas dunia ini, alam kerap menampakkan seribu satu isyarat. Gelombang laut yang tiba-tiba naik ke daratan, tanah yang bergetar kuat, cuaca yang tak lagi mau teratur, angin yang tiba-tiba mampu menerbangkan rumah, dan virus mematikan yang entah darimana sekonyong-konyong hinggap di kehidupan manusia.

Itulah bahasa tingkat tinggi yang cuma bisa dimengerti oleh mereka yang dewasa. Itulah isyarat Tuhan: "Aku selalu di dekatmu, kemana pun kau menjauh!"

Simak dan pahamilah. Agar, kita tidak seperti anak kecil yang cuma bisa bingung dan gelisah dengan kentingan tukang bakso dan klakson pedagang sate ayam. (muhammadnuh@eramuslim.com)

sumber eramuslim

Senin, 04 Mei 2009

Cahaya Itu Jangan Dibiarkan Redup

Semut-semut kecil... saya mau tanya... apakah kamu didalam tanah... tidak kegelapan... ini adalah penggalan bait sebuah lagu anak-anak, namanya juga anak-anak iseng aja nanya-nanyain semut. Tapi ada benarnya juga bertanya, dengan bantuan apa koloni semut itu dalam beraktivitas di bawah rongga-rongga tanah? yang kita tahu pastinya disana memang gelap, tidak ada cahaya tembus menerangi. Karena dalam sudut pandang manusia dalam beraktivitas kita memerlukan cahaya dalam membantu mata kita dapat melihat. Ketika siang kita dibantu cahaya mentari, ketika malam kita dibantu cahaya rembulan. Lain manusia lain juga dengan semut, Allah SWT menciptakan semut yang tinggalnya di dalam rongga-rongga tanah yang sarat dengan kegelapan tetapi semut masih bisa beraktivitas dalam kegelapannya itu. Itulah kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.

Karena sangat perlunya cahaya, akhirnya manusia berfikir bagaimana kalau cahaya matahari dan rembulan itu tidak bisa maksimal dalam membantu mata kita untuk melihat karena cahayanya terhalang atap atau sekat sebuah bangunan. Maka digunakanlah api untuk menerangi, dari dengan cara membuat obor, api unggun, lampu tempel sampai lilin khususnya untuk dimalam hari. Kemudian akhirnya biidznillah manusia menemukan bola lampu, yang sampai saat ini sangatlah berguna bagi kita untuk membantu beraktivitas dalam ruang yang terhalang dari cahaya sinar mentari dan rembulan.

Cahaya mentari, rembulan, obor, lampu tempel, lilin sampai bola lampu itu memang sangatlah diperlukan oleh kita manusia untuk membantu dalam menjalani aktivitas di dunia ini. Cobalah kita berjalan di dalam gelap, tentunya kita tidak akan bisa kecuali kita mendapati cahaya walaupun hanya sedikit. Bersyukurlah kita akan nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita, nikmat mata yang dapat melihat dan nikmat cahaya yang dapat menerangi.

Kita manusia memerlukan cahaya bukan hanya untuk berjalan ketika di dunia, tetapi kita juga amat sangatlah perlu cahaya untuk perjalanan kita menuju ke akhirat. Apa jadinya ketika dalam perjalanan kita menuju akhirat tempat kita hidup untuk selama-lamanya kelak, tidak ada cahaya yang menerangi. Pastinya kita tidak ingin kita tersesat dalam sepanjang perjalanannya, tersesat ke tempat dimana kita tidak menginginkannya.

Hanya ada dua tujuan perjalanan kita menuju akhirat, Syurga dan Neraka. Cahaya akan menuntun kita ketempat yang kita sama-sama inginkan yaitu Syurga. Karena dengan cahaya kita bisa melihat jalan menuju ke sana. Tetapi ketika kita tidak mendapatkan dan jauh dari cahaya itu maka kita akan tersesat menuju Neraka.

”Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al Hadid:28)

Cahaya itu jangan dibiarkan meredup, meredup dengan banyaknya kemaksiatan yang kita lakukan. Meredup bersamaan dengan lemahnya keimanan kita yang ketika dibiarkan semakin turun kualitasnya. Ketahuilah Keimanan kita itu kadang naik dan kadang turun, Imam Al Ghazali menerangkan bahwa keimanan kita naik ketika kita dalam keta’atan kepada-Nya, dan keimanan kita turun ketika kita asyik terlena dengan kemaksiatan kepada-Nya.

Kembalilah kita kepada sumber cahaya itu yaitu Al Qur’an, dan berdoalah kepada Allah SWT untuk senantiasa diberikan kesempurnaan cahaya pada diri kita dan memohon ampun kepada-Nya. Mumpung kita masih diberi waktu.

”Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (Qs. As Syuura:52)

”Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Qs. At-tahrim:8)

Wallahu a’lam bishshawab
 
Design Downloaded from Free Blogger Templates | Free Website Templates