Assalamu'alaikum

Senin, 14 Desember 2009

Makna Syahadat


Kepentingan syahadat (ahamiyah syahadah) perlu didedahkan kepada mad’u agar dapat betul-betul memahami syahadah secara konsep dan aplikasinya. Kenapa syahadah penting karena dengan bersyahadah seseorang boleh menyebutkan dirinya sebagai muslim, syahadah sebagai pintu bagi masuknya seseorang kedalam Islam. Kefahaman seorang muslim dapat melakukan perubahan-perubahan individu, keluarga ataupun masyarakat. Dalam sejarah para nabi dan rasul, syahadah sebagai kalimah yang diperjuangkan dan kalimah inilah yang menggerakkan dakwah nabi dan rasul. Akhir sekali, dengan syahadah tentunya setiap muslim akan mendapatkan banyak pahala dan ganjaran yang besar dari Allah SWT.

Ahamiyah Syahadah (kepentingan bersyahadah).

Syahadatain adalah rukun Islam yang pertama. Kepentingan syahadah ini karena syahadah sebagai dasar bagi rukun Islam yang lain dan bagi tiang untuk rukun Iman dan Dien. Syahadatain ini menjadi ruh, inti dan landasan seluruh ajaran Islam. Oleh sebab itu, sangat penting syahadah dalam kehidupan setiap muslim. Sebab-sebab kenapa syahadah penting bagi kehidupan muslim adalah :

· Pintu masuknya Islam

· Intisari ajaran Islam

· Dasar-dasar perubahan menyeluruh

· Hakikat dakwah para rasul

· Keutamaan yang besar

1. Al- Madkholu Ilal Islam (pintu masuk ke dalam Islam).

Dengan mengucap dua kalimat syahadat, seseorang telah diakui sebagai orang Islam(muslim) yang memiliki hak dan kewajiban sama dengan muslim yang lain. Rasulullah saw bersabda “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan laa ilaha illallah, apabila mengucapkan laa ilaha illallah, maka darah dan harta mereka menjadi suci (haram dibunuh/dirampas)

· Sahnya iman seseorang adalah dengan menyebutkan syahadatain

· Kesempurnaan iman seseorang bergantung kepada pemahaman dan pengamalan syahadatain

· Syahadatain membedakan manusia kepada muslim dan kafir

· Pada dasarnya setiap manusia telah bersyahadah Rubbubiyah di alam arwah, tetapi ini sahaja belum cukup, untuk menjadi muslim mereka harus bersyahadah Uluhiyah dan syahadah Risalah di dunia.
Dalil :

· Hadits : Rasulullah SAW memerintahkan Mu’az bin Jabal untuk mengajarkan dua kalimah syahadah, sebelum pengajaran lainnya.

· Hadits : Pernyataan Rasulullah SAW tentang misi Laa ilaha illa Allah dan kewajiban manusia untuk menerimanya.

· Q.47 : 19, Pentingnya mengerti, memahami dan melaksanakan syahadatain. Manusia berdosa akibat melalaikan pemahaman dan pelaksanaan syahadatain.

· Q.37 : 35, Manusia menjadi kafir karena menyombongkan diri terhadap Laa ilaha illa Allah.

· Q.3 : 18, Yang dapat bersyahadat dalam arti sebenarnya adalah hanya Allah, para Malaikat dan orang-orang yang berilmu yaitu para Nabi dan orang yang beriman kepada mereka.

· Q.7 : 172, Manusia bersyahadah di alam arwah sehingga fitrah manusia mengakui keesaan Allah. Ini perlu disempurnakan dengan syahadatain sesuai ajaran Islam.

2. Kholasotu Ta’alimil Islam (kefahaman muslim terhadap Islam).

· Kefahaman muslim terhadap Islam bergantung kepada kefahamannya pada syahadatain. Seluruh ajaran Islam terdapat dalam dua kalimah yang sederhana ini.

· Ada 3 hal prinsip syahadatain :

1. Pernyataan Laa ilaha illa Allah merupakan penerimaan penghambaan atau ibadah kepada Allah sahaja. Melaksanakan minhajillah merupakan ibadah kepadaNya.

2. Menyebut Muhammad Rasulullah merupakan dasar penerimaan cara penghambaan itu dari Muhammad SAW. Rasulullah adalah tauladan dalam mengikuti Minhajillah.

3. Penghambaan kepada Allah meliputi seluruh aspek kehidupan. Ia mengatur hubungan manusia dengan Allah dengan dirinya sendiri dan dengan masyarakatnya.

Ibadah, akhlak dan mu’amalat merupakan implementasi syahadat tauhid dan syahadat rasul ini.
Dalil :

· Q.2:21, 51:56, Ma’na Laa ilaha illa Allah adalah penghambaan kepada Allah. 21:25, Rasul diutus dengan membawa ajaran tauhid.

· Q.33:21, Muhammad SAW adalah tauladan dalam setiap aspek kehidupan. 3:31, aktifiti hidup hendaknya mengikuti ajaran Muhammad SAW.

· Q.6:162, Seluruh aktiviti hidup manusia secara individu, masyarakat dan negara mesti ditujukan kepada mengabdi Allah SWT sahaja. 3:19, 3:85, 45:18, 6:153, Islam adalah satu-satunya syariat yang diredhai Allah. Tidak dapat dicampur dengan syariat lainnya.

3. Asasul Inqilab (Titik tolak perubahan).

· Syahadatain mampu manusia dalam aspek keyakinan, pemikiran, maupun jalan hidupnya. Perubahan meliputi berbagai aspek kehidupan manusia secara individu atau masyrakat.

· Ada perbedaan penerimaan syahadatain pada generasi pertama umat Muhammad dengan generasi sekarang. Perbedaan tersebut disebabkan kefahaman terhadap makna syahadatain secara bahasa dan pengertian, sikap konsisten terhadap syahadah tersebut dalam pelaksanaan ketika menerima maupun menolak.

· Umat terdahulu langsung berubah ketika menerima syahadatain. Sehingga mereka yang tadinya bodoh menjadi pandai, yang kufur menjadi beriman, yang bergelimang dalam maksiat menjadi takwa dan abid, yang sesat mendapat hidayah. Masyarakat yang tadinya bermusuhan menjadi bersaudara di jalan Allah.

· Syahadatain dapat merubah masyarakat dahulu maka syahadatain pun dapat merubah umat sekarang menjadi baik.

Perubahan yang sangat mendasar dalam seluruh aspek kehidupan, bermula dari syahadatain, yakni perubahan dari jahiliyah menuju Islam, dari kegelapan menuju cahaya terang, dari keterbelakangan menuju kemajuan dst
Dalil :

· Q.6:122, Penggambaran Allah tentang perubahan yang terjadi pada para sahabat Nabi, yang dahulunya berada dalam kegelapan jahiliyah kemudian berada dalam cahaya Islam yang gemilang.

· Q.33:23, Perubahan individu contohnya terjadi pada Muz’ab bin Umair yang sebelum mengikuti dakwah rasul merupakan pemuda yang paling terkenal dengan kehidupan yang glamour di kota Mekkah tetapi setelah menerima Islam, ia menjadi pemuda sederhana yang da’I, duta rasul untuk kota Madinah. Kemudian menjadi syuhada Uhud. Saat syahidnya rasulullah membacakan ayat ini.

· Q.37:35-37, reaksi masyarakat Quraisy terhadap kalimah tauhid. 85:6-10, reaksi musuh terhadap keimanan kaum mukminin terhadap Allah 18:2, 8:30, musuh memerangi mereka yang konsisten dengan pernyataan Tauhid.

· Hadits : Laa ilaha illa Allah, kalimat yang dibenci penguasa zalim dan kerajaan.

· Hadits : Janji Rasul bahawa kalimah tauhid akan memuliakan kaumnya.

4. Haqiqatu da’watir-rasul (Inti dakwah para rasul)

· Setiap Rasul semenjak nabi Adam AS hingga nabi besar Muhammad SAW membawa misi dakwahnya adalah syahadah.

· Makna syahadah yang dibawa juga sama iaitu laa ilaha illa Allah.

· Dakwah rasul senantiasa membawa umat kepada pengabdian Allah sahaja.
Dalil :

· Q.60:4, Nabi Ibrahim berdakwah kepada masyarakat untuk membawanya kepada pengabdian Allah sahaja.

· Q.18:110, Para nabi membawa dakwah bahawa ilah hanya satu iaitu Allah sahaja.

5. Fadhailul ‘azhimah (ganjaran yang besar)

· Banyak ganjaran-ganjaran yang diberikan oleh Allah dan dijanjikan oleh Nabi Muhammad SAW.

· Ganjaran dapat berupa material ataupun moral. Misalnya kebahagiaan di dunia dan akhirat, rezeki yang halal dan keutamaan lainnya.

· Keutamaan ini selalu dikaitkan dengan aplikasi dan implikasi syahadah dalam kehidupan sehari-hari.

· Dielakkannya kita dari segala macam kesakitan dan kesesatan di dunia dan di akhirat.
Dalil :

· Q: Allah SWT memberikan banyak keutamaan dan kelebihan bagi yang bersyahadah.

· H: Allah SWT akan menghindarkan neraka bagi mereka yang menyebut kalimah syahadah.

Ringkasan Dalil :

Urgensi syahadatain : (Q.4:41, 2:143)

· Pintu masuk ke dalam Islam : (a)

· Intisari ajaran Islam : (b, 21:25)

· Dasar-dasar perubahan total : (6:122, 13:11) pribadi dan masyarakat

· Hakikat dakwah para rasul as. : (21:25, 3:31, 6:19, 16:36)

· Kelebihan yang besar
Makna Asyhadu

Kata asyahdu yang terdapat dalam syahadatain memiliki beberapa arti, antara lain:

1. Pernyataan / Ikrar (al-I’laan atau al-Iqroor)

Seorang yang bersyahadah berarti dia berikrar atau menyatakan ( bukan hanya mengucapkan) kesaksian yang tumbuh dari dalam hati bahwa Tidak Ada Ilaah Selain Allah.

2. Sumpah (al-Qossam)

Seseorang yang bersyahadah berarti juga bersumpah ( suatu kesediaan yang siap menerima akibat dan resiko apapun ) bahwa tiada Ilaah selain Allah saja dan Muhammad adalah utusan Allah.

3. Janji (al-Wa’du atau al-‘Ahdu)

Yaitu janji setia akan keesaan Allah sebagai Zat yang dipertuhan. Janji tersebut kelak akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah (QS ?).

Syahadah muslim yang dinyatakan dengan kesungguhan, yang merupakan janji suci,sekaligus sumpah kepada Allah SWT; merupakan ruh keimanan. Iman adalah keyakinan tanpa keraguan, penerimaan tanpa keberatan, kepercayaan terhadap semua keputusan Allah (QS 49:15).

Hakikat Iman

Keimanan itu bukanlah angan-angan, tetapi mencakup 3 hal:

1. Dikatakan dengan lisan (al-Qoul)

Syahadah diucapkan dengan lisan dengan penuh keyakinan. Semua perkataan yang keluar dari lisan mu’min senantiasa baik dan mengandung hikmah.

2. Dibenarkan dengan hati (at-tashdiiq)

Hati adalah lahan menyemai benih-benih keimanan. Semua yang keluar dari lisan digerakkan oleh hati. Apa yang ada dalam hati akan dicerminkan dalam perkataan dan perbuatan. Dalam hadist Bukhori digambar oleh Nabi SAW bahwa: “Ilmu (hidayah) yang Aku bawa ibarat air hujan, ada jenis tanah yang subur menumbuhkan tanaman, ada tanah yang tidak menumbuhkan hanya menampung air, ada jenis tanah yang gersang, tidak menumbuhkan juga tidak menampung”.

Allah, dalam al-Qur’an, membagi hati manusia menjadi tiga, yaitu hati orang mu’min (QS 26: 89), hati orang kafir (QS 2: 7) dan hati orang munafiq (QS 2: 10). Hati orang kafir yang tertutup dan hati munafik yang berpenyakit takkan mampu membenarkan keimanan (at-tashdiiqu bil qolb). Sedangkan hati orang mu’min itulah yang dimaksud Rasulullah SAW sebagai tanah yang subur yang dapat menumbuhkan pohon keimanan yang baik. Akar keyakinannya menjulang kuat ke tanah, serta buah nilai-nilai ihsannya dapat bermanfaat untuk manusia yang lain.

3. Perbuatan (al-‘Amal)

` Perbuatan (amal) digerakkan atau termotivasi dari hati yang ikhlas dan pembenaran iman dalam hati. Seseorang yang hanya bisa mengucapkan dan mengamalkan tanpa membenarkan di hati, tidak akan diterima amalnya. Sifat seperti itu dikategorikan sebagai orang munafik, yang selalu bicara dengan lisannya bukan dengan hatinya. Karena munafik memiliki tiga tanda: bila berbicara ia berdusta, bila berjanji ia ingkar, bila diberi amanah ia berkhianat.

Perkataan, pembenaran di hati dan amal perbuatan adalah satu kesatuan yang utuh. Ketiganya akan melahirkan sifat istiqomah, tetap, teguh dan konsisten. Sebagaimana dijelaskan dalam QS 41:30, sikap istiqomah merupakan proses yang terus berjalan bersama keimanan. Mu’min mustaqim akan mendapatkan karunia dari Allah berupa:

· Keberanian (asy-Syajaa’ah), yang lahir dari keyakinan kepada Allah. Berani menghadapi resiko tantangan hidup, siap berjuang meskipun akan mendapatkan siksaan. Lawan keberaniaan adalah sifat pengecut.

· Ketenangan (al-Ithmi’naan), yang lahir dari keyakinan bahwa Allah akan selalu membela hamba-Nya yang mustaqim secara lahir bathin. Lawannya adalah sifat bersedih hati.

· Optimis (at-Tafaa’ul), lahir dari keyakinan terhadap perlindungan Allah dan ganjaran Allah yang Maha sempurna. Orang yang optimis akan tentram akan kemenangan hakiki, yaitu mendapatkan keridhoan Allah (mardhotillah).

Ketiga karunia Allah kepada orang mustaqim akan dilengkapi Allah dengan anugerah kebahagiaan hidup (as-Sa’aadah), baik di dunia dan akhirat.

Inilah pemahaman terhadap konsep syahadah. Tidak mudah dalam pelaksanaannya, karena kita berharap agar Allah memberikan kesabaran dalam memahaminya.

Makna Al Ilah


Objektif

1. Mampu menyebut kata dasar “ilah” dan pengertiannya.

2. Mampu mendefinisikan “al Ilah” dan “al Ma’bud”.

3. Menyadari penting pengertian al Ilah dan al Ma’bud terhadap dirinya.

Sinopsis

Kalimat Laa ilaha illa Allah tidak mungkin difahami kecuali dengan memahami terlebih dahulu ma’na ilah yang berasal dari ‘aliha’ yang memiliki berbagai macam pengertian. Dengan memahaminya kita mesti mengetahui motif-motif manusia mengilahkan sesuatu. Ada empat makna utama dari aliha iaitu sakana ilahi, istijaaro bihi, asy syauqu ilaihi dan wull’a bihi. Aliha bermakna abaduhu (mengabdi/menyembahnya) kerana empat perasaan itu demikian mendalam dalam hatinya, maka dia rela dengan penuh kesadaran untuk menghambakan diri kepada ilah (sembahan) tersebut. Dalam hal ini ada tiga sikap yang mereka berikan terhadap ilahnya iaitu kamalul mahabah, kamalut tadzalul, dan kamalul khudu’. Al ilah dengan ma’rifat iaitu sembahan yang sejati hanyalah hak Allah sahaja, tidak boleh diberikan kepada selainNya. Dalam menjadikan Allah sebagai Al Ilah terkandung empat pengertian iaitu al marghub, al mahbub, al matbu’ dan al marhub. Al ma’bud merupakan sesuatu yang disembah secara mutlak. Kerana Allah adalah satu-satunya Al Ilah, tiada syarikat kepadaNya, maka Dia adalah satu-satunya yang disembah dan diabdi oleh seluruh kekuatan yang ada pada manusia. Pengakuan Allah sebagai al Ma’bud dibuktikan dengan penerimaan Allah sebagai pemilik segala loyaliti, pemilik ketaatan dan pemilik hukum.

Hasyiah

1. Aliha.
Sarahan :

· Mereka tenteram kepadanya (sakana ilaihi) iaitu ketika ilah tersebut diingat-ingat olehnya, ia merasa senang dan manakala mendengar namanya disebut atau dipuji orang ia merasa tenteram.

· Merasa dilindungi oleh-Nya (istijaaro bihi), karena ilah tersebut dianggap memiliki kekuatan ghaib yang mampu menolong dirinya dari kesulitan hidup.

· Merasa selalu rindu kepadanya (assyauqu ilaihi), ada keinginan selalu bertemu dengannya, samada berterusan atau tidak. Ada kegembiraan apabila bertemu dengannya.

· Merasa cinta dan cenderung kepadanya (wull’a bihi). Rasa rindu yang menguasai diri menjadikannya mencintai ilah tersebut, walau bagaimanapun keadaannya. Ia selalu beranggapan bahawa pujaannya memiliki kelayakan dicintai sepenuh hati.
Dalil :

· Perkataan orang Arab : “saya merasa tenteram kepadanya”, “si fulan meminta perlindungan kepadanya”, “si fulan merasa rindu kepadanya”, “anak itu cenderung kepada ibunya”.

· Q.10:7-8, manusia yang mengilahkan kehidupan dunia merasa tenteram dengan hidup dunia, Q.7:138, bani Israel yang bodoh menghendaki adanya ilah yang dapat menenteramkan hati mereka.

· Q.72:6, manusia memperilah jin dengan meminta perlindungan kepadanya. Q.36:74-75, orang-orang musyrik mengambil pertolongan dari selain Allah padahal semuanya tidak dapat menolong kita, lihat Q.7:197.

· Q.2:93, 20:91, bani Israel larut dalam kerinduan yang berlebihan terhadap ijla (anak lembu) yang dijadikannya ilah. Q.26:71, para penyembah berhala sangat tekun melakukan pengabdian karena selalu rindu padanya.

· Q.29:25, berhala-berhala adalah menyatukan bangsa yang sangat disenangi oleh orang-orang musyrik. Q.2:165, tandingan (andad) merupakan sembahan-sembahan selain Allah yang dicintai oleh orang-orang musyrik sama dengan mencintai Allah karena mereka sangat cenderung atau dikuasai olehnya.

2. Abadahu.

Sarahan :

· Dia amat sangat mencintainya (kamalul mahabbah), sehingga semua akibat cinta siap dilaksanakannya. Maka diapun siap berkorban memberi loyaliti, taat dan patuh dan sebagainya.

· Dia amat sangat merendahkan diri di hadapan ilahnya (kamalut tadzulul). Sehingga menganggap dirinya sendiri tidak berharga, sedia bersikap rendah serendah-rendahnya untuk pujaannya itu.

· Dia amat sangat tunduk, patuh (kamalul khudu’). Sehingga akan selalu mendengar dan taat tanpa reserve, serta melaksanakan perintah-perintah yang menurutnya bersumber dari sang ilah.
Dalil :

· Perkataan orang Arab aliha adalah abadahu. Seperti aliha rajulu ya-lahu (lelaki itu menghambakan diri pada ilahnya).

· Q.39:45, orang kafir yang menjadikan sesuatu selain Allah sebagai ilahnya demikian senangnya apabila mendengar nama kecintaannya serta tidak suka apabila nama Allah disebut. Hadits, sabda Rasulullah SAW, “Celakalah hamba dinar (wang emas), celakalah hamba dirham (wang perak), celakalah hamba pakaian (mode). Kalau diberi maka ia redha, sedangkan apabila tidak diberi maka ia akan kesal. Ini disebabkan kecintaan yang amat sangat terhadap barang-barang tersebut.

· Q.71:23, orang-orang kafir sangat menghormati berhala-berhalanya sembahannya. Q.21:59, 68, reaksi orang musyrik yang marah karena berhala-berhalanya dipermalukan oleh Nabi Ibrahim AS. Mereka menghukum Nabiyullah untuk membela berhala-berhala. Ini karena rasa rendah diri dan hormat terhadap berhala-berhala tersebut.

· Q.36:60, orang-orang kafir pada hakikatnya mengabdi kepada syaithan yang memperdaya mereka. Q.6:137, orang-orang kafir demikian patuhnya sehingga bersedia membunuh anak-anaknya untuk mengikuti program ilah-ilah sembahannya.

3. Al Ilah.
Sarahan :

· Al Marghub iaitu dzat yang senantiasa diharapkan. Karena Allah selalu memberikan kasih sayangNya dan di tangan Nyalah segala kebaikan.

· Al Mahbub, dzat yang amat sangat dicintai karena Dia yang berhak dipuja dan dipuji. Dia telah memberikan perlindungan, rahmat dan kasih sayang yang berlimpah ruah kepada hamba-hambanya.

· Al Matbu’ yang selalu diikuti atau ditaati. Semua perintahNya siap dilaksanakan dengan segala kemampuan sedang semua laranganNya akan selalu dijauhi. Selalu mengikuti hidayah atau bimbinganNya dengan tanpa pertimbangan. Allah sahaja yang sesuai diikuti secara mutlak, dicari dan dikejar keredhaanNya.

· Al Marhub, sesuatu yang sangat ditakuti. Hanya Allah sahaja yang berhak ditakuti secara syar’i. Takut terhadap kemarahanNya, takut terhadap siksaNya, dan takut terhadap hal-hal yang akan membawa kemarahanNya. Rasa takut ini bukan membuat ia lari, tetapi membuatnya selalu mendekatkan diri kepada Allah.
Dalil :

· Q.2:163-164, Allah adalah ilah yang esa tiada Ilah selain Dia, dengan rahmat dan kasih sayangnya yang teramat luas.

· Q.2:186, 40:60, 94:7-8, hanya Allah yang sesuai diharap karena Ia maha memberi atau mengabulkan do’a hambaNya. Q.21:90-91, orang-orang mukmin menghambakan diri kepada Allah dengan harap dan cemas.

· Q.2:165, Allah adalah kecintaan orang yang mukmin dengan kecintaan yang amat sangat. Q.8:2, sehingga ketika disebut nama Allah bergetar hatinya. Q.9:24, Allah berada diatas segala kecintaan.

· Q.51:50, perintah Allah untuk bersegera menuju Allah karena hanya Allah sahaja yang sesuai diikuti. Q.37:99, menuju Allah untuk memperoleh bimbingan dan hidayahNya untuk diikuti.

· Q.2:40, 9:13, 33:39, hanya Allah sahaja yang sesuai ditakuti dengan mendekatkan diri kepadaNya.

4. Al Ma’bud.
Sarahan :

· Pemilik kepada segala loyaliti, perwalian atau pemegang otoriti atas seluruh makhluk termasuk dirinya. Dengan demikian loyaliti mukminan hanya diberikan kepada Allah dengan kesadaran bahawa loyaliti yang diberikan pada selain Nya adalah kemusyrikan.

· Pemilik tunggal hak untuk ditaati oleh seluruh makhluk di alam semesta. Mukmin meyakini bahawa ketaatan pada hakikatnya untuk Allah sahaja. Seorang mukmin menyadari sepenuhnya bahawa mentaati mereka yang mendurhakai Allah adalah kedurhakaan terhadap Allah.

· Pemilik tunggal kekuasaan di alam semesta. Dialah yang menciptakan dan berhak menentukan aturan bagi seluruh ciptaanNya. Maka hanya hukum dan undang-undangNya sahaja yang adil. Orang mukmin menerima Allah sebagai pemerintah dan kerajaan tunggal di alam semesta dan menolak kerajaan manusia.
Dalil :

· Q.109:1-6, pernyataan mukmin bahawa pengabdianNya hanya untuk Allah sahaja dan sekali-kali tidak akan mengabdi selainNya. Q.16:36, Rasul diutus dengan risalah pengabdian pada Allah sahaja dan menjauhi segala yang diabdi selain Allah. Q.2:21, perintah Allah untuk mengabdi kepadaNya sahaja dengan tidak mengambil selain Allah sebagai tandingan-tandingan.

· Q.7:196, pernyataan mukmin bahawa wali (pemimpin) nya hanya Allah sahaja. Q.2:257, berwalikan kepada Allah melepaskan manusia dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam.

· Q.7:54, hak menciptakan dan hak memerintah hanyalah milik Allah. Mukmin hanya mengakui kerajaan Allah. Hadits, mukmin hanya akan taat pada sesuatu yang diizinkan Allah, Rasul dan ulil amri. Mukmin tidaklah akan mentaati perintah maksiat kepada Allah.

· Q.12:40, hak menentukan hukum dan undang-undang hanyalah hak Allah. Q.24:1, Allah mewajibkan manusia melaksanakan hukum-hukumNya. Q.5:44,45,47 mereka yang menolak aturan atau hukum Allah adalah kafir, zalim dan fasik. Ini artinya pemerintahan Allah sahaja yang boleh tegak sedang pemerintahan manusia adalah batil.

Ringkasan Dalil :

· Kandungan makna (aliha, ya-lahu, ilahan) :

a. Merasa tenang padanya (10:7)

b. Melindungi diri padanya (72:6)

c. Selalu rindu padanya (7:138)

d. Mencintainya (2:165)

· (Aliha) membawa arti (Abadahu) :

a. Sempurna mencintai

b. Sempurna menghinakan diri

c. Sempurna menundukkan diri

· Kandungan kata (Al-Ilah) :

a. Yang diharapkan

b. Yang ditakuti

c. Yang diikuti

d. Yang dicintai

· (Al Ilah) membawa arti (Al Ma’bud) :


a. Yang layak diberikan kepadanya wala’

b. Yang wajib diberikan kepadanya ketaatan

c. Yang wajib diberikan kepadanya authoriti
 
Design Downloaded from Free Blogger Templates | Free Website Templates