Nada nada yang indah
slalu terurai darinya
tangisan nakal dari bibirku
tak-kan jadi deritanya
Tangan halus dan suci
telah mengangkat tubuh ini
jiwa raga dan seluruh hidup
rela dia berikan...
Kata mereka diriku slalu dimanja
kata mereka diriku slalu ditimang
Ooh bunda ada dan tiada dirimu
kan selalu ada di
dalam hatiku...
Bait-bait syair di atas adalah penggalan dari lagi Melly Guslow yang berjudul Bunda. Asli, mengena banget syair dan nadanya. Mengenang sosok ibu dengan segenap pengorbanan dan perjuangannya untuk kita, anak-anaknya memang tak akan pernah habis dibahas.
Sengaja tulisan ini tak disajikan pada Hari Ibu tanggal 22 Desember beberapa hari yang lalu. Karena Hari ibu tak harus dan tak hanya ada pada tanggal 22 Desember saja. Hari ibu itu sepanjang hari, sepanjang masa. Karena keberadaan seorang ibu, setua keberadaan bumi ini hingga akhir zaman nanti.
Mengenang sosok mulia bernama ibu, bunda, mother, ummi, mommy atau dengan panggilan apa pun dia adanya, selalu menghadirkan getar indah di hati. Betapa dia dengan tulus ikhlas mengandung kita 9 bulan 10 hari, melahirkan dengan bertaruh darah, air mata bahkan nyawa, kemudian menyusui selama 2 tahun dan membesarkan kita dengan penuh kasih sayang. Pengorbanan sehebat itu tak akan pernah bisa dibayar dengan nilai materi sebanyak apa pun.
Ibu adalah sosok mulia, penerus generasi yang akan mendidik anak-anaknya untuk menjadi Khalifatullah di bumi. Sosok yang menjadi madrasah pertama dan utama bagi seorang anak yang rapuh sebelum dia menjadi pejuang tangguh nantinya. Sosok yang menjadi jaminan surga seorang anak ada di bawah telapak kakinya.
Bagaimanapun, sosok mulia itu tetaplah bernama manusia. Ada salah dan khilaf dalam upayanya membesarkan sosok-sosok baru dari mulai bayi hingga dewasa. Namun itu semua tidak pernah menjadi alasan untuk durhaka pada dirinya. Jangankan khilaf, bahkan ketika ia kafir dan musyrik pun, sangat pantang bagi seorang anak untuk membentak atau menyakiti hatinya dengan hanya sekadar mengatakan ‘uh!’. Lalu, dengan alasan apa lagi kita tak ingin menyayang dan mencintanya?
Tak ada! Karena sosok ibu memang hadir untuk dimuliakan dan dicinta. Meskipun ada kalanya berbeda pendapat, itu tak boleh mengurangi sayang dan hormat kita padanya. Karena sungguh, ibu adalah salah satu dari tiket kita menuju surga-Nya.
Sayang kita pada ibu, tak boleh melalaikan sayang dan taat kita pada-Nya. Karena sungguh, tak ada ketaatan pada makhluk bila itu artinya harus membangkang pada Sang Khalik yaitu Allah SWT. Menjadi tugas seorang anak untuk memahamkan sosok mulia ini bila ada khilaf dalam dirinya yang bisa menjadi penyebab dilanggarnya hukum Allah. Namun di atas semua itu, berlaku makruf dan lemah lembut tetap harus dijaga pada sosok yang telah melahirkan kita ini.
Saya pribadi tak pernah mengenal hari Ibu. Karena hari ibu ada sepanjang tahun, sepanjang hari, sepanjang nafas masih berhembus di urat nadi saya. Sehingga sosok ibu istimewa selamanya di hati maupun di hari-hari yang dilalui. Selamat hari Ibu bagi ibu-ibu se-Indonesia, maupun yang akan jadi calon ibu. Semoga dari rahim-rahim kalian, pejuang-pejuang Islam yang mengembalikan kehidupan Islam dalam naungan Khilafah akan segera terwujud. Wallahu a’lam.
Sumber : [Ria Fariana/voa-islam.com]
0 komentar:
Posting Komentar