Assalamu'alaikum

Sabtu, 03 April 2010

Karena Kau Cintaku

Meniti hari meniti waktu
Membelah langit belah samudra
Ikhlaslah sayang kukirim kembang
Tunggu aku... tunggu aku...

Tak ingin segera melepaskan pelukan. Erat, dan semakin kuat merengkuh. Lalu dielusnya dengan lembut wajah teduh yang dihiasi jilbab berwarna pudar itu. Kedua pasang mata saling menatap mesra, penuh selaksa cinta. Tangan pun perlahan takzim diciumnya, berharap kelak merengkuh surga. Kemudian kaki tegap melangkah dengan iringan senyum serta do'a adinda. Sosok tubuh itu tampak semakin menjauh, namun hati akan selalu menautkan bulir-bulir rindu.

Lelaki biasa itu sesungguhnya sosok yang begitu sederhana. Dirinya hadir untuk mengisi rongga jiwa yang dahaga setelah tiba pertemuan yang ditentukan Sang Pemilik Cinta. Kala itu, memang tak ada mahar intan permata atau janji sebuah istana nan megah. Ikatan suci pun hanya diikrarkan dalam bingkai kesederhanaan di mata manusia. Penuh harapan, menyulam pinta keridho'an Sang Pencipta.

Sosok tegar itu memang tak pernah ragu mencari rezeki walau hanya sekedar sesuap nasi. Hatinya teguh, bahkan ketika semburat merah belum sempurna karena sang surya masih meringkuk di peraduan. Demi keluarga, jiwa serta raga rela digadang dengan kerasnya kehidupan. Meniti hari dan waktu, dibelahnya langit serta samudra. Berharap kelak dapat mengirim kembang untuk yang disayang.

Masya Allah...
Sungguh teramat indah kehidupan dua anak manusia yang saling mencinta. Dan bukankah dengan cinta itu telah menjadikan sepasang manusia rela bersatu?

Rinduku dalam semakin dalam
Perjalanan pasti kan sampai
Penantianmu semangat hidupku
Kau cintaku kau intanku
Do'akanlah sayang
Harapkanlah manis
Suamimu segera kembali
Suamimu, suami yang baik

Selalu...
Penantian yang tercinta di rumah akan membangkitkan jutaan harapan. Sehingga, lahirlah dua hati yang saling merindukan. Karenanya pula semangat semakin meluap dan sekujur tubuh terasa lebih bergelora. Impian pun menyelimuti jiwa hingga menggerakkan raga untuk menjadikannya sebuah kenyataan. Kerinduan memang senantiasa melahirkan kebahagiaan.

Kembali dipatrinya di lubuk hati, lelaki perkasa adalah seseorang yang mendapatkan sedikit harta dengan cucuran keringat sendiri. Kemudian dengan itu diberikannya makanan dan pakaian untuk dirinya serta orang-orang terkasih. Wanita yang senantiasa menunggu kepulangannya di rumah juga tak pernah meminta lebih. Menerima apa saja yang diterima, apatah lagi itu semua adalah tanda cinta sang belahan jiwa.

Kesungguhannya mencari nafkah sungguh menyemburatkan bangga. Keikhlasan membanting tulang demi keluarga, bahkan walau dengan bergenang air mata darah menunjukkan jati dirinya sebagai qawwam. Tak heran, bau keringatnya setelah seharian mencari nafkah selalu menebarkan aroma kerinduan.
Duhai Pemilik Cinta...
Betapa sebenarnya sujud panjang dan tetesan air mata kesyukuran seakan tak ada arti dengan apa yang telah Engkau berikan selama ini. Lelaki itu juga sesungguhnya bukanlah Nabiullah Daud yang senantiasa mencari makan dari hasil usahanya sendiri. Namun, semoga jerih payahnya menuai pahala tiada jeda dan henti.

Dan, ketika bola mata sang istri menyorotkan tanya di saat sosok itu pulang di malam yang larut. Bahkan rasa capainya belum lagi enggan hilang, sang suami pun menjawab dengan lembut, "Karena kau cintaku..."

Selalu, dan senantiasa hanya karena itu.

Wallahu a'lamu bish-shawaab.

0 komentar:

 
Design Downloaded from Free Blogger Templates | Free Website Templates