Assalamu'alaikum

Kamis, 15 Oktober 2009

Semua Untukmu

Hari ini angin rindu datang berhembus, menggugurkan daun-daun yang sudah menguning. Titik air di ujung daunnya pun akhirnya terjatuh setelah sekuat tenaga ia bertahan untuk tidak pecah. Tapi ternyata semua ada batasnya. Tak ada yang abadi. Begitu juga dengan rindu ini. Tak akan lama bertahan sembunyi dalam gua hati.

Dunia seperti berputar kembali, menayangkan rekaman saat-saat aku bersamanya. Masa di mana sangat aku rasakan sayang dan canda tawanya, yang terus menerus mengalir seolah tak kenal muara. Belaian kasih sayangnya saat aku butuh kehangatan meskipun sulit baginya untuk berkata-kata, suara lembutnya saat hati ini dilanda kegundahan. Dengan sepenuh hati dia merelakan waktunya untuk tempatku bersandar kala rindu menyerang tubuhku, atau saat aku mengalami sesuatu dan mencurahkan segala isi hatiku dan menceritakan semua kisahku.

Langit hari ini masih cerah. Tapi siapa sangka kalau hujan akan datang. Meski tidak begitu deras, tapi bisa melepas dahaga sang tanah yang memang haus akan air, cukup untuk membuat suasana terasa lebih segar. Mencerahkan kembali fikiran-fikiran yang kalut terhadap berbagai persoalan dunia. Dan bagiku, membawa kembali pada keindahan dan kehangatan saat-saat bersamanya, saat harus berhujan-hujanan saat mengantarnya pulang hingga rindu yang terbendung pecah seketika.

Teringat pada suatu malam, ketika aku akan memulai hidup tanpa ada seseorang yang dekat di sisiku. Hari itu, adalah hari terakhir aku bersama dengannya sebelum kami berpisah. Pesan dan nasehat pun mengalir dengan suaranya yang tetap lembut walaupun kami masih saling malu. Sampai akhirnya detik itu datang juga, saat ku rengkuh tangan halusnya, kemudian melepaskan tangannya dengan penuh rasa hormat, dia membalasnya dengan senyuman, tanda bahwa rasa sayangnya melebihi kekhawatiranku meninggalkann saendiri. Dalam ku rasakan deburan cintanya yang kuat dan tulus. Membuat air mata ini ingin segera menumpahkan segalanya. Tapi itu tak kulakukan di depannya cukup hatiku saja yang merintih dan merasakan. Aku harus tunjukkan bahwa aku baik-baik saja tanpa ada dia di sisiku. Cukup pada Allah sajalah aku berserah diri. Tak ingin mengganggu konsentrasi bekerjanya karena aku.

Tuhan, ternyata cinta begitu dekat denganku. Kasih dan pengorbanannya untukku takkan pernah bisa kubalas meski dengan tetesan darah dan airmata. Segala yang aku miliki dalam hidup ini, materi yang aku punya atau kehidupan yang aku miliki, pun tak kan bisa membalas apa yang pernah dia lakukan untukku. Genggaman tangannya, suara lembutnya, sikapnya yang lucu dan unik, tak akan pernah tergantikan. Selalu menghiburku saat melihat sikap uniknya.

Maka nikmat-Mu yang manakah yang aku dustakan, Ya Rabb?

Karenanya aku bisa belajar dan bersemangat. Karenanya aku bisa menikmati indah dunia-Mu. Karenanya aku menemukan diriku. Karenanya aku merasa punya arti dalam hidup ini. Karenanya aku mengenal-Mu. Karenanya aku terbiasa membaca surat cinta-Mu.
Saat ini, ku rela bersusah payah mengejar cita-cita yang menjadi impiannya. Tak ingin sedikit pun ku ulangi sejumlah kecewa di hatinya. Karena yang ku tahu dia sayang padaku. Aku ingin dia bangga.

”Tuhan tolonglah
Sampaikan sejuta sayangku untuknya
Ku trus berjanji
Tak kan khianati cintanya”

Aku ingin melengkapi lukisan hidupnya, menjadi lukisan yang sempurna. Meski dengan segala keterbatasan dan kesederhanaan yang dia miliki, aku tetap bangga padamu, Sayangku.

Kamis, 15 Oktober 2009 05.30 Wib

0 komentar:

 
Design Downloaded from Free Blogger Templates | Free Website Templates